Sabtu, 13 Juli 2019

Kisah Seks Mahasiswi Dengan Anak SMA: Diperawani Anak Ibu Kos

Sebelum baca cerita pengalamanku, perkenalakan namaku Ani, usiaku 24 tahun. Tinggiku 165 cm, badanku langsing. Aku mempunyai kulit putih mulus, dada dan pantatku sekal, proposional sesuai dengam tubuhku yang langsing. Rambutku panjang sepunggung. Itulah tentang diriku, dan inilah cerita seks ku. Kejadiannya pada saat aku kos. Waktu itu, aku bisa bercinta sama cowok yang lebih muda dariku. Saat itu dia masih SMA kelas 2, berumur 17 tahun. Dan berikut adalah ceritanya.




Minggu siang, mendung dan akan segera hujan. Di kos kondisi sedang kosong melompong. Tetangga kos pada pulang kampung sejak kemarin sampai karena sedang musim liburan. Kos tempatku tinggal juga serumah dengan pemilik kosnya, di rumahnya pun juga sepi. Hanya ada putranya ibu kos yang masih kelas 2 SMA yang ada dirumah sebut saja namanya Neo. Orang tua Neo sedang berkunjung ke saudaranya, hanya saja Neo tidak ikut. Karena boring, Aku mencoba mencari aktivitas supaya tidak jenuh di kos. Akhirnya aku membaca majalah yang aku punya, tetapi majalah yang aku punya adalah majalah terbitan lama. Kemudian aku menuju rumah Neo, siapa tau ibunya punya majalah bagus keluaran terbaru.

Pada saat ke sana, tampak Neo terkejut melihat aku datang. Tampak Neo mengalihkan pandangan ke arah tubuhku. Aku waktu itu memakai T-Shirt putih agak ketat dan bahan kainya agak tipis sehingga sdikit terlihat BH hitamku dan aku memakai hot pants warna hitam sehingga menampakan paha ku yang putih mulus dan kaki ku yang jenjang. Aku sedikit berdebar-debar dilihatin dia seperti itu. Kemudian aku mendekati dia dan menyapa. 
“Hai, Neo. Ada siapa aja di rumah?” Tanyaku basa-basi.
“Iya kak Ani... Tidak ada siapa-siapa di rumah, yang lain pada pergi. Cuma aku sendiri di rumah. Ada perlu apa, kak Ani?” Tanya Neo dengan nada kaget.
“Wah pada keluar ya...” jawab ku
“Silakan duduk dulu Kak. Ada keperluan apa?" Tanya Neo dengan ramah.
Kemudian aku duduk di kursi kosong sebelah Neo.
“Nah, ada perlu apa Kak Ani? Mungkin aku bisa bantu”, kata Neo sambil melirik-lirik melihat badanku.
“Begini Neo, Kakak mau pinjam majalah terbaru, ada nggak?” tanyaku.
“Majalah apa kak?”, tanya Neo sambil matanya melirik dadaku.
“Apa saja Neo. Pokoknya yang terbaru", jawabku.
“Iya Kak Ani, silakan masuk dan pilih sendiri”. Jawab Neo sambil mengajakku masuk ke ruang dalam. Kemudian aku mengikutinya. Di ruang tengah Neo berhenti.
“Coba Kak Ani Cari di rak bawah televisi itu”, kata Neo sambil duduk di sofa.

Aku segera jongkok di depan televisi membongkar-bongkar tumpukan majalah di situ. Tampak Neo duduk di sofa dengan leluasa melihat tubuhku dari belakang. Memang bentuk tubuhku sangat bagus, banyak teman pria di kampus yang memujiku begitu. Pinggulku ramping dan langsing. BH hitamku membayang di baju kaos yang aku kenakan. Kulitku putih bersih. Mungkin Neo sedang berfantasi betapa asyiknya kalau saja bisa menikmati tubuhku. Aku jadi berdebar-debar dibuatnya. 

“Nggak ada majalah yang baru, Neo. Ini majalah lama semua”, kataku sehingga membuat dia kaget.
"mungkin aku punya majalah baru di kamar. Ayo cari di sana”, kata Neo sambil jalan menuju kamarnya.
Kemudian aku mengukutinya tanpa sungkan-sungkan masuk ke kamar tidur Neo. Tampak kamarnya Neo begitu luas, dan ada televisi di sana untuk hiburannya dia.
Aku kemudian masuk kamar dan mulai mencari majalah baru di rak buku dan meja belajarnya dia, sementara Neo duduk tepi ranjang melihatku yang sibuk mencari majalah baru.
"Sudah ketemu majalahnya, Kak Ani?” tanya Neo.
"Belum ketemu nih”, jawabku tanpa menoleh.
“Kak Ani, Mau lihat CD bagus nggak?", tanya Neo secara tiba-tiba.
"CD apa, Neo?”, tanyaku balik.
“Film bagus kok, kak Ani. Ayo duduk di sini", jawab Neo sambil menyuruhku duduk di pinggir ranjang sebelahnya dia. Kemudian Neo memasukkan CD ke VCD player nya dia dan menghidupkan televisinya.
“Film apa sih ini?”, tanyaku penasaran.
“Lihat saja. Pokoknya bagus kok, Kak Ani”, kata Neo sambil duduk di sampingnku.
Aku duduk dengan tenang-tenang tak menaruh curiga. Aku pikir buat hiburan dari pada bosan. Tampak di luar rumah hujan turun dengan derasnya. Hawanya mulai dingin, aku dan Neo mulai menonton film yang dimainkan.
“Ihh..”, jeritku kaget begitu melihat intro film berisi potongan-potongan adegan orang bersetubuh.
“Bagus kan, kak Ani?”, tanya Neo sambil tersenyum.
“Ini kan film porno, Neo?!”, jawabku.
"Iya. Kak Ani suka kan?”, tanya Neo girang.
Aku diam tak menjawab pertanyaannya. Entah kenapa, ketika adegan syur berlangsung, aku tak berusaha memalingkan pandanganku. Aku mulai terbawa suasana melihat film itu. Memasuki adegan kedua, tampak Neo tak tahan lagi. Neo mulai memeluk tubuhku dari belakang.
"Kak Ani ingin begituan nggak?”, bisik Neo lembut di telingaku, sehingga membuatku terangsang.
“Jangan Neo”, jawabku. Entah kenapa, aku tak berusaha mengurai tangan Neo yang melingkari leherku. Kemudia Neo mencium sekilas tengkukku. Aku menggelinjang.
"Mau nggak gituan sama aku, kak? Untuk pengalaman kita berdua, kak. Kak Ani belum pernah bersetubuh kan?", bisik Neo lembut di telingaku. Tampak nafasnya mulai menderu-deru.
"Tapi.. tapi.. ah jangan Neo", jawabku sambil menggeliat berusaha lepas dari belitan pelukannya.
Namun Neo tak peduli, malah semakin nafsu. Tangannya segera meremas dadaku. Aku melenguh dan sedikit memberontak. Tiba-tiba badanku direbahkan di ranjang tetapi posisi kakiku tetap menjuntai. Tampak mulut Neo tak sabar lagi segera mencercah pangkal pahaku yang masih dibalut celana pendek ketat warna hitam.
"Ohh.. ahh.. jangan Neo”, erangku sambil berusaha merapatkan kedua kakiku.

Tetapi Neo tak peduli. Malah celanaku kemudian dipelorotkan dan dilepas oleh Neo. Neo terpana melihat pemandangan itu. Pangkal kenikmatan itu begitu mungil, berwarna merah di tengah, dan dihiasi bulu-bulu lembut di atasnya. Klitorisnya juga mungil.Tak menunggu lebih lama lagi, bibir Neo segera menyerbu vaginaku.

Tampak Neo menghisap-hisap dan lidahnya mengaduk-aduk liang vaginaku yang sempit, karena aku masih perawan. Aku terus menggelinjang sambil melenguh dan mengerang. Entah kenapa, kemudian kakiku menjepit kepalanya, seolah-olah aku meminta dikerjai lebih dalam dan lebih keras lagi. Kemudian lidah Neo pun makin dalam menjilat vaginaku, kemaluanku dia hajar dengan mulutnya. Karena perlakuannya, aku sampai dua kali orgasme. Lalu Neo merangkak naik. Kaosku dilepasnya pelan-pelan. Menyusul kemudian BH hitamku berukuran 32. Neo meremas-remas buah dadaku yang masih keras itu beberapa saat, kemudian mulutnya Menjilat, memilin, dan mencium putingku.

“Ahh..” keluhku.
Tangannya meremas-remas tubuhku. Aku meremas kasur menahan kenikmatan akibat ulahnya.
"Enak kan beginian?” tanya Neo sambil menatap wajahku yang sayu.
"Iii.. iya. Tapi..”, jawabku ragu.
“Kak Ani pengen yang lebih enak lagi?”, tanya Neo.

Tanpa menunggu jawabanku, Neo segera mengatur posisi tubuhku. Kedua kakiku diangkat ke ranjang. Kini aku tampak telentang pasrah. Tampak penisnya pun sudah tak sabar lagi mendarat di sasaran. Namun Neo tampak berhati-hati. Mungkin karena aku masih perawan sehingga harus sabar agar tidak kesakitan. Mulutnya kembali bermain-main di vaginaku. Setelah kebasahannya dia anggap cukup, penisnya yang telah tegak ditempelkan ke bibir vaginaku. Beberapa saat dia gesek-gesekkan sampai aku semakin terangsang. Kemudian dia coba masuk perlahan-lahan ke celah vaginaku yang masih sempit itu. Sedikit demi sedikit dia maju-mundurkan penisnya sehingga makin melesak ke dalam. Butuh waktu lima menit lebih agar kepala penisnya masuk seluruhnya. Neo tampak istirahat sebentar karena melihatku tampak menahan nyeri.


"Kalau sakit, bilang ya kakaku sayang”, kata Neo sambil mencium bibirku.
Aku mengerang. Kurang sedikit lagi, Neo akan menjebol keperawananku. Neo meningkatkan genjotannya meski dengan pelan dan lembut. Akhirnya, leher penisnya mulai masuk.
“Auw.. sakit Neo..” Aku menjerit tertahan. Neo berhenti sejenak menunggu liang vaginaku terbiasa menerima penisnya yang berukuran lumayan besar. Satu menit kemudian Neomaju lagi. Begitu seterusnya. Selangkah demi selangkah Neo maju. Sampai akhirnya..
"Ouuu..”, aku menjerit lagi.
Aku merasa vaginaku ditembus sesuatu.
Neo telah memerawani aku. Kulihat ada sepercik darah membasahi sprei.
Neo meremas-remas payudaraku dan menciumi bibirku untuk menenangkanku. Setelah agak tenang, neo mulai menggumuliku.
"Ahh.. ohh.. asshh…”, aku mengerang dan melenguh ketika Neo mulai turun naik di atas tubuhku. 

Genjotan Neo ditingkatkan dan eranganku pun makin keras. Mendengar itu, Neo semakin bernafsu menyetubuiku. Berkali-kali aku orgasme dibuatnya. kakiku aku jepitkan ke pinggangnya dan mulutku menggigit kuku atau bantal.

"Nggak sakit lagi kan, sayang? Sekarang terasa enak kan?”, tanya Neo dengan nada menggoda.
Aku hanya bisa mendesah merespon jawabannya, aku mulai menikmati persetubuhan ini. Sekitar satu jam Neo menggenjot tubuhku habis-habisan. Kemudian dia semburkan spermanya di dada dan mulutku. Betapa nikmatnya Neo bisa menyetubuhi perawan. Sungguh-sungguh beruntungnya Neo bersetubuh dengan aku yang masih mahasiswi ini. “Gimana? Enak kan, kakaku sayang?” tanya Neo sambil memeluk tubuhku yang lunglai setelah sama-sama mencapai klimaks.
“Tapi takut, Neo..”, jawabku sambil memeluk tubuhnya.
“Nggak usah takut, aku akan selalu di sisimu", jawab neo mesra.
Neo kemudian mengelus-elus rambutku dan kemudian kita berciuman mesra. Neo tampak tersenyum puas bisa melampiaskan nafsu sex nya kepadaku. “Kalau pengin enak lagi, bilang ke aku ya sayang. Nanti kita belajar berbagai gaya lewat CD", kata Neo mesra.
“Kalau ketahuan orang tua mu bagaimana?”, tanyaku ragu.
“Ya jangan sampai ketahuan dong”, jawabnya sambil memeluku.

Diluar rumah hujan masih turun dengan derasnya. Hawa dingin membuat birahi kita beruda bangkit lagi. Kali ini Neo menggenjotku dalam posisi menungging. Aku sudah tak menjerit kesakitan lagi. Penis Neo dengan leluasa keluar masuk diiringi erangan, lenguhan, dan jeritanku. Betapa nikmatnya diperawani brondong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar